Pengantar dan Sejarah Teori
Teori konflik ialah suatu
pandangan bahwa masyarakat dalam sistem sosial terdiri atas kepentingan
individu maupun kelompok berbeda yang memiliki usaha untuk mengalahkan serta
mengambil alih elemen lain untuk terpenuhi kepentingannya. Teori konflik ini
berkaitan dengan pelaksanaan dalam fungsional struktural yang rentan terjadi
konflik antar elemen karena penyalahgunaan/perebutan kekuasaan dalam sistem
sosial masyarakat.
Teori ini muncul sebagai
teori alternatif perkembangan terkait dominasi fungsionalisme struktural(FS),
dan merupakan hasil reaksi Dahrendorf atas terjadinya konflik dalam pelaksanaan
teori FS,seperti gerakan protes besar di Amerika Serikat pada 1960 yang
dihubungkan dengan perjuangan hak warga terkait isu-isu sosiopolitis mencakup
penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan, birokratisasi berlebihan, dan masalah
dalam industrialisasi.
Biografi Tokoh Teori
Kaitan Teori Konflik
dengan pemikiran Marx yakni konflik muncul karena penguasaan sumber daya
melalui kegiatan produksi yang mengontrol pihak lain. Hal ini memicu konflik
antar kelas penguasa(Borjuis) dengan buruh(Proletar). Kaitan Weber, konflik
muncul karena suatu kepentingan dengan penguasaan suprastruktur ideologi yang
mengontrol pembuatan aturan melalui lembaga-lembaganya. Hal ini dapat mendukung
kegiatan produksi berujung konflik/masalah yang memang sewajarnya terjadi dalam
masyarakat.
Menurut Dahrendorf,konflik
ialah kreasi individu yang penting dalam masyarakat. Coser berpendapat bahwa
konflik tidak hanya mengarah pada perubahan sosial namun penguatan integrasi
sosial, terciptanya kohesi, dan membantu fungsi komunikasi. Collins mengarahkan
analisis konflik struktural(makro) dalam level individual(mikro) didasari
kepentingan individu dengan penguasaan makro dalam sistem yang berujung
menyebabkan konflik.
Asumsi Teori
Fokus/unit analisis teori
konflik ialah melihat ketegangan, pertikaian, maupun konflik yang terjadi
berpusat pada struktur dan institusi sosial berskala luas dalam sistem sosial.
Konflik menyebabkan perubahan sosial dikarenakan kepentingan yang memperebutkan
kekuasaan. Teori konflik ialah alternatif dari teori fungsional struktural(FS)
yang sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Berbeda dengan FS dalam
perspektif teori konflik, tidak selamanya di dalam masyarakat akan tunduk dan
berada pada keteraturan. Pasti akan ada pihak-pihak tertentu yang memiliki keinginan
untuk menguasai(mendominasi) pihak lain. Dampaknya yakni menyebabkan konflik
karena adanya dominasi, koersi(paksaan), serta kekuasaan dalam masyarakat.
Teori konflik juga membahas mengenai perbedaan otoritas yang kemudian
melahirkan adanya superordinasi dan subordinasi.
Isi Teori
I. Masyarakat sebagai arena konflik/kompetisi sosial
Dalam
teori konflik, konflik memang sewajarnya terjadi dalam berbagai sektor
menyangkut sistem sosial dan kehidupan masyarakat. Dengan adanya
masalah/konflik yang terjadi dalam masyarakat, akan menciptakan
persaingan/kompetisi yang membuat tiap kelompok mengejar kepentingannya
masing-masing. Dalam mengejar tujuan atau kepentingannya tersebut pasti
dilakukan dengan cara-cara tertentu agar bisa mendapatkan kekuasaan, serta ketenangan
sosial jika ia berhasil mendominasi kelompok lain secara temporer. Perlu
disadari, dengan adanya konflik dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan
sosial dan juga perkembangan di dalamnya.
II. Dominasi/Legitimasi
Terjadinya
dominasi dalam beberapa kelompok sosial dapat membuat kelompok yang dominan
tersebut untuk mengembangkan dengan lebih baik kelompok-kelompok sosial yang
lebih koheren, yaitu terikat bersama oleh jaringan komunikasi yang ruwet
daripada kelas sosial subordinat. Perbedaan antara kelas sosial bersifat cukup
jauh dalam akses-akses pengendalian sistem budaya. Yaitu, kelas sosial atas
dapat mengembangkan simbol yang sangat diartikulasi dan sistem ideologis yang
mereka paksakan pada kelas sosial yang lebih rendah. Sementara di kelas sosial
bawah terlegitimasi oleh sistem ideologis dari kelompok kelas atas yang
mendominasi, yang bersifat koersif(paksaan) karena kelas sosial bawah sistem
simbolnya kurang berkembang sehingga tidak punya kontrol yang lebih.
III. Konflik Kelas Masyarakat Modern
Konflik
kelas masyarakat modern terjadi disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
antar individu maupun kelompok berbentuk perebutan kekuasaan, jabatan,
kehormatan dan lain-lain. Konflik antar kelas sosial biasanya terjadi pada
kelas bawah(buruh) dan atas(majikan) di dalam struktur masyarakat industri.
Kelas bawah(buruh) menuntut perbaikan upah/gaji kepada pemerintah maupun
perusahaan adalah salah satu wujud konflik antar golongan. Upah kelas bawah
yang kecil dianggap memunculkan isu ketidakadilan, ketimpangan sosial, dsb yang
jika tak terseimbangkan akan terjadi ketegangan hubungan produksi dalam sistem
produksi kapitalis antara kelas bawah(buruh) dengan atas(majikan,penguasa)
berujung gerakan sosial yang besar, yaitu sebuah revolusi yang bisa berupa aksi
massa yang terkoordinir oleh kelas bawah.
IV. Konflik Fungsional
Coser
mengungkapkan bahwa konflik dapat bersifat fungsional(baik) dan juga
disfungsional(perpecahan) untuk hubungan dan struktur-struktur yang tidak
terangkum dalam sistem sosial sebagai suatu kompleksitas. Ia berpendapat bahwa
konflik bisa merubah bentuk interaksi. Proposisi pengadu-dombaan dapat diterima
penguasa, menunjukkan hubungan dominasi serta konflik kepentingan, pihak
dominan dan penguasa akan meraih keuntungan dari suasana konflik yang terjadi.
Konflik yang terjadi dapat dipandang fungsional positif jika konflik tersebut
bersifat konstruktif yakni dapat memperkuat kelompok dan sebaliknya memiliki
fungsional negatif jika konflik itu bergerak melawan struktur. Karena konflik secara
positif dapat meredakan ketegangan yang ada dalam kelompok yang meyakinkan
integritas kelompok disebabkan oleh peningkatan interaksi dan juga
keseimbangan.
V. Konflik Formal/Informal
Konflik
ini dapat terjadi di lingkungan organisasi formal maupun informal. Konflik
formal/informal ini dapat disebabkan oleh faktor internal yaitu diantaranya
kesalahpahaman antar individu/kelompok, perbedaan kepentingan/pendapat, pihak
tertentu yang telah mengalami kerugian,dll. Selain itu konflik juga bisa
terjadi oleh faktor eksternal, misalnya konflik terjadi karena dipanasi oleh
pihak lain diluar organisasi tertentu secara sengaja ataupun tidak. Hal ini
bisa dilakukan dengan jalan mengadu-domba antara pihak-pihak yang terlibat
konflik tersebut. Dalam organisasi sulit membedakan antara persaingan sehat
dengan konflik. Sebab persaingan meskipun disebut sehat, pada hakekatnya ialah
konflik juga. Hanya dalam persaingan sehat justru harus memunculkan efek
positif, yakni pihak-pihak yang bersaing diharap berlaku jujur dan adil.
Aplikasi Teori
Saya membahas konflik
transportasi online dengan transportasi konvensional sebagai contoh konflik
masyarakat modern. Dengan kemajuan teknologi, masyarakat diberikan kemudahan
memakai jasa transportasi. Sifat masyarakat modern yang ingin serba instan,
beragam promosi, kenyamanan dan keamanan yang ditawarkan jasa transportasi
online menjadi kelebihan yang mempengaruhi minat masyarakat juga mendukung
penggunaan transportasi online. Dalam hal ini, perusahaan transportasi online
memiliki kelebihan sumber daya yakni penguasaan teknologi yang tidak dimiliki
pihak konvensional.
Seiring meningkatnya
pelanggan transportasi online, maka penumpang yang biasanya naik transportasi
konvensional akan menurun karena terjadi konflik dikarenakan tidak ingin kehilangan
target pasar sampai perebutan penumpang. Konflik berlanjut sampai terjadi
kekerasan dan menimbulkan korban juga. Contoh konflik ini sesuai dengan teori
konflik oleh Coser, mengenai penyebab konflik. Konflik terjadi ketika individu
merasa dilanggar haknya dan akhirnya menjadi mempertanyakan legitimasi yang
ada. Ketidakadilan dirasakan oleh supir transportasi konvensional. Demonstrasi
muncul dimana-mana, dan pemerintah akhirnya membuat aturan mengenai larangan
tempat penjemputan penumpang bagi transportasi online dan konvensional. Konflik
ini termasuk dalam konflik realistik, karena memperebutkan sesuatu yang konkret
atau material yaitu sumber ekonomi. Konflik ini juga bisa disebut sebagai
konflik yang fungsional, sesuai dengan pemikiran Coser tentang fungsi positif
konflik yakni meningkatkan kemampuan adaptif dalam suatu sistem. Yang terjadi
ialah dalam masing-masing kedua pihak transportasi online dan konvensional
terjadi solidaritas antar masing-masing kelompok.
Referensi :
- Martono,
Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,Posmodern,
dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers
- Ritzer,
George. 2011. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Syawaludin,
Mohammad. 2014. Memaknai Konflik dalam Perspektif Sosiologi
Melalui Pendekatan Konflik Fungsional
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/136/121
(diakses pada Jumat, 1 November 2019, pukul 16.24 WIB)